Sebagai investor tentunya kamu harus jeli saat memilih saham. Kamu perlu teliti jangan sampai kamu membeli saham yang memiliki fundamental kurang baik atau yang biasa disebut saham gorengan. Saham ini cenderung dapat menghasilkan imbal hasil tinggi dalam waktu yang relatif singkat. Namun, selayaknya jajanan gorengan, saham-saham gorengan tidak baik untuk kesehatan kondisi keuangan.
Nah asal usul istilah ‘gorengan’ disematkan karena saham jenis ini memiliki fluktuasi pergerakan harga saham sangat tinggi, karena dimanipulasi isu yang dibuat oleh oknum untuk meningkatkan permintaan saham tersebut. Saham gorengan juga seringkali disebut juga sebagai saham yang direkayasa. Lalu apa sebenarnya saham gorengan?
Baca Juga: Perbedaan Saham Biasa dan Saham Preferen
Saham gorengan adalah saham yang fundamentalnya kurang baik, namun harga sahamnya memiliki kenaikan yang luar biasa, hal ini disebabkan oleh oknum yang dengan sengaja memanipulasi harga saham tersebut untuk mendapatkan keuntungan. Oknum tersebut akan membentuk opini melalui penyebaran isu-isu agar investor retail membeli saham tersebut. Ketika harga saham berhasil naik, oknum tersebut akan melakukan aksi profit taking dengan menjual seluruh atau sebagian saham yang ia miliki.
Saham gorengan biasanya sudah dipantau oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) karena kenaikan yang terlalu ekstrim lebih dari 2 hari. Ekstrem disini berarti harga saham naik hingga batas terbesar harian (auto reject atas, ARA) baik 20%, 25%, atau 35% per hari, tergantung dari harga sahamnya. Selanjutnya saham-saham tersebut dikelompokan ke dalam Unusual Market Activity (UMA).
Karena sudah terpantau oleh BEI, maka UMA juga dapat menjadi alarm dan peringatan kepada investor dan trader di pasar bahwa penguatan harganya sudah di luar kebiasaan dan ada kemungkinan saham tersebut sedang dibandari predator pasar.
Ciri-ciri yang kedua untuk saham gorengan adalah kapitalisasi pasarnya yang kecil dan masuk kategori lapis dua atau saham lapis tiga, namun volume dan nilai transaksi hariannya sangat tinggi dibanding perusahaan sejenis, bahkan menyamai transaksi saham unggulan (blue chip).
Dengan kapitalisasi pasar yang kecil karena kepemilikan investor ritel yang mini, maka oknum tersebut dapat lebih mudah dan lebih murah mengelola saham-saham gorengan yang menjadi komoditasnya di pasar modal.
Ciri yang ketiga adalah pola bid dan offer pada transaksi saham yang tidak wajar. Bid sendiri merupakan antrian beli saham di harga terendah, sedangkan offer adalah antrian jual saham di harga tertinggi. Saham gorengan biasanya ditransaksikan dalam jumlah besar, tetapi posisi bid dan offer cenderung tipis. Hal tersebut mengindikasikan, hampir di setiap harga antrian, baik bid maupun offer, antriannya tidak merata bahkan seringkali hanya 1 lot per harga yang memudahkan bandar menaikkan harga sahamnya.
Fluktuasi harga yang ekstrim dan tidak karuan membuat harga saham gorengan tidak sejalan dengan kinerja keuangan dan informasi yang dikeluarkan pihak emiten. Terkadang kinerja keuangan yang disampaikan tumbuh 50%, tetapi seringkali justru merosot turun lebih dari 50% ketika harganya sedang naik kencang, sehingga kenaikan harga saham seringkali tidak sejalan dengan kinerja dan aksi korporasi yang diberitahukan kepada publik.
Karena kinerja keuangan tidak setinggi kenaikan harga sahamnya di pasar, rasio keuangan dan valuasi saham gorengan biasanya terlalu tinggi dibandingkan pesaing terdekatnya, atau bahkan tidak masuk akal. Dengan kata lain, saham ini tidak dapat dianalisa secara fundamental.
Valuasi yang sering digunakan perusahaan adalah price to book value (PBV) dan juga earning per share (EPS). Jika valuasi perusahaan terlalu jauh di atas pesaingnya. Semisal ketika rerata PBV sebuah industri di angka 1,5 kali, maka jika terdapat emiten yang PBV-nya 50 kali atau bahkan 70 kali, sebaiknya segera menghindari saham tersebut.
Baca Juga: Belajar Cara Analisis Fundamental Saham dengan Mudah
Jika kamu tetap tertarik berinvestasi di saham gorengan, sebaiknya kamu perlu terus memantau isu yang beredar dan juga pergerakan harga saham tersebut. Saat lengah sedikit, pergerakan saham tersebut bisa berubah dengan cepat, sehingga mengakibatkan kerugian yang besar.
Guna mengurangi risiko, investor perlu mengalokasikan trading porsi saham gorengan paling besar 10% dari portofolio yang dimiliki. Pasalnya, risiko yang terkandung di dalam saham gorengan bisa berlipat-lipat dibandingkan dengan saham dengan fluktuasi normal.
Sebelum membeli suatu saham, sebaiknya kamu luangkan waktu untuk mengamati tren pergerakan harganya di bursa. Hindari saham-saham dengan pergerakan yang tidak masuk akal karena itu merupakan indikasi awal dari saham gorengan. Lebih jika kamu mengincar saham yang harganya naik secara perlahan dan konsisten karena potensi return yang didapatkan dalam jangka panjang lebih besar.
Saham gorengan memang menjanjikan return yang tinggi dalam tempo waktu yang singkat. Tentunya hal tersebut juga diikuti oleh risiko yang tinggi. Jika kamu mencoba berinvestasi pada jenis saham tersebut, pastikan untuk tidak menggunakan dana darurat dan selalu perhatikan pergerakan pasar. Di samping itu kamu juga harus jeli saat memilih saham. Kamu bisa mulai berinvestasi yang aman dengan registrasi BIONS by BNI Sekuritas sekarang. Ayo mulai Investasi dan maksimalkan profit Bersama BIONS.
BIONS tersedia di App Store, Play Store dan Desktop. Klik disini untuk download BIONS!
Author Detail
BIONS